TRAGIS! Dua Bocah Indonesia Kelaparan Makan Tanah
KabarNet: Ironis. Di saat sebagian rakyat Indonesia ada yang hidup mewah bermandikan harta, bahkan ada 50ribuan orang yang seenaknya menghamburkan uang sebanyak Rp 465 ribu sampai dengan Rp 2.250.000,- hanya untuk sekali menonton konser seorang Lady Gaga, ternyata di wilayah lain Indonesia masih ada saudara-saudara kita yang kelaparan lantaran tak punya uang buat beli makanan. Sampai-sampai terkena penyakit busung lapar akibat gizi buruk karena terpaksa harus makan tanah untuk mengganjal perut mereka yang keroncongan tak terisi makanan apapun.
Sungguh miris apa yang terjadi pada dua anak yang bernama Rio (5) dan Rizki (8). Kemiskinan yang membelenggu keluarga mereka telah menyebabkan keduanya menderita gizi buruk karena terbiasa makan tanah.
Kedua anak yang tinggal di Korong Olo, Nagari Sunur, Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman itu diketahui menderita marasmus dan kwashiorkor atau yang biasa disebut gizi buruk. Saat ini, kedua anak yang masih bersaudara ini, sudah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pariaman.
Terlihat fisik kedua anak tersebut mengalami gembung di bagian perut. Kaki dan tangan keduanya juga tampak mengecil. Tatapan matanya juga kosong. Setiap saat, kedua anak itu terdengar menangis karena merasakan gatal di bagian anusnya.
Ibu kedua anak itu, Maunis (39), dengan mata berkaca-kaca sambil menahan tangis menceritakan, dirinya tak mampu untuk membiayai hidup anak-anaknya kerena penghasilannya hanya Rp10.000 per hari. Uang sebesar itu didapatnya dari hasil membantu membuat lapiak pandan (tikar pandan, red.) usaha milik tetangganya.
Ia menambahkan, selain membuat lapiak, dirinya juga menerima upah dari warga yang menggunakan tenaganya, untuk menggarap kebun dan sawah. Namun upah jerih payahnya tak dibayar langsung.
“Karena kesibukan saya itulah, anak saya ini akhirnya suka memakan tanah. Saat saya bekerja keluar rumah untuk mencari sesuap nasi, tidak ada yang mengasuh mereka berdua di rumah. Sehingga anak ini mulai memakan tanah akibat lapar,” ujarnya sambil mengusap air mata.
Di jelaskannya, dia hanya seorang diri mencari nafkah. Karena dulu kondisi suaminya pernah menderita keterbelakangan mental. Dan saat ini suaminya itu tinggal di Medan untuk berobat sambil bekerja sebagai anak buah di sebuah bengkel sepatu di Kota Medan.
Hal itu dibenarkan oleh Bidan Yati, yang bertugas di Korong Olo. Menurut Bidan Yati, saat ditugaskan pada Februari 2012 lalu, ke Korong Olo, dirinya membantu Posyandu setempat mengadakan timbangan massal. Namun saat kedua anak tersebut ditimbang, berat badannya tidak normal. Puskesmas setempat akhirnya memberikan perawatan dengan memberikan susu kepada Rio dan Rizki.
“Mengenai kondisi perekonomiannya, mereka memang keluarga susah. Untuk itu Korong Olo membantu dengan memberi bantuan berupa beras. Namun setelah beberapa bulan, pihak Puskesmas menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit, karena tidak ada tanda-tanda perubahan. Dan saat dilaporkan kepada wali nagari, wali nagari hanya menjawab akan berusaha membantu,” tuturnya.
Bidan yang selalu mendampingi dua anak penderita gizi tersebut menambahkan, saat ini setelah dirawat di rumah sakit, cacing-cacing yang ada di dalam perut keduanya sudah mulai keluar saat buang air besar.
Dokter Spesialis Anak, dr Robert Simanjuntak, Sp.A. yang menangani kasus gizi buruk tersebut mengatakan, kategori gizi ada tiga yaitu: gizi baik, gizi kurang, dan gizi buruk. Dan kategori gizi buruk juga terbagi tiga yakni marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor. Dan untuk kasus ini masuk kategori marasmus-kwashiorkor.
“Marasmus adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein yang berat. Sedangkan kwashiorkor adalah malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang in-adekuat dengan intake karbohidrat normal,” terangnya.
Ia juga menjelaskan, kasus gizi buruk butuh waktu tiga bulan untuk stabilisasinya. Pasien juga diduga mengalami yang namanya pica yaitu, kelainan atau keinginan kuat seseorang untuk memakan benda-benda yang bukan makanan seperti, rokok, sabun, tanah atau cat. “Saat dicek, di dalam perut pasien terdapat banyak pasir. Dan untuk itu kami memberi bantuan secepatnya, seperti memberi cairan protein, dan hal-hal yang dibutuhkan,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur RSUD Kota Pariaman dr Lila Yanwar menjelaskan, mengenai perawatan, kedua anak tersebut akan terus dirawat sampai normal kembali. Terkait soal biaya, saat ini Jamkesmas dan Jamkesda sudah berjalan. Namun di luar itu, sesuai protap, biaya akan ditanggung bersama seperti dari Dinkes, RS, dan Pemkab Padang Pariaman.
Kasus ini sangat kontras sekali dengan acara yang diadakan pada bulan April lalu, yakni Millenium Development Goals (MDGs), yang diadakan di Kota Padang, yang bertujuan untuk peningkatan kesehatan, pemberantasan kelaparan, dan lingkungan.
Tepat pada hari ini tanggal (29/5/2012) merupakan Hari Keluarga. Namun kenyataannya masih banyak kasus kelaparan terjadi di Sumatera Barat. Pada tahun 2012, sudah 6 pasien, termasuk kasus Rio dan Rizki, yang dirawat di RSUD Pariaman. [KbrNet/adl]
Tiada ulasan:
Catat Ulasan